Jumat, 13 Februari 2009


HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE

Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-Tirmidzi).
Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, "Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, "Selamat hari raya!" dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah."
Abu Waqid Radhiallaahu anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah n berkata, "Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath." Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, "Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan :
"Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam. Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya.
Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya."
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al-Maidah:51)
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya."
(Al-Mujadilah: 22)
Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan:
"Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling mengunjungi karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku." (Al-Hadits).


Selasa, 10 Februari 2009

ANALISIS CERPEN


Kupu-kupu di Dalam Buku


Ketika duduk di setasiun bis, di gerbong kereta api, di ruang tunggu
praktek dokter anak, di balai desa,kulihat orang-orang di
sekitarku duduk membaca buku, dan aku bertanya di negeri
mana gerangan aku sekarang,

Ketika berjalan sepanjang gang antara rak-rak panjang, di perpustakaan
yang mengandung ratusan ribu buku dan cahaya lampunya
terang-benerang, kulihat anak-anak muda dan anak-anak tua
sibuk membaca dan menulis catatan, dan aku bertanya di
negeriMana gerangan aku sekarang,

Ketika bertandang di sebuah toko, warna-warni produk yang dipajang
terbentang, orang-orang memborong itu barang dan mereka
berdiri beraturandi depan tempat pembayaran, dan aku
bertanya di toko buku negeri mana gerangan aku sekarang,

Ketika singgah di sebuah rumah, kulihat ada anak kecil bertanuya
tentang kupu-kupu pada mamanya dan mamanya tak bisa
menjawab keingin-tahuan putrinya, kemudian katanya,
”tunggu mama buka ensiklopedia dulu,yang tahu tentang
kupu-kupu,” dan aku bertanya di rumah negeri mana
gerangan aku sekarang,

Agaknya inilah kita rindukan bersama, setasiun bis dan ruang
tunggu kereta api negeri ini buku dibaca, di perpustakaan
perguruan, kota dan desa buku dibaca, di tempat penjualan
buku laris dibeli, dan ensiklopedia yang terpajang di ruang
tamu tidak berselimut debu karena memang dibaca.



1996 karya :Taufiq Ismail

ANALISIS PUISI DENGAN TEORI OBJEKTIF

STRUKTUR LUAR

1. BUNYI DAN IRAMA
Dalam puisi irama tercapai dengan perulangan secara konsisten dan bervariasi dari berbagai bunyi yang sama.seperti dalam puisi ini, baris pertama dalam satu bait menggunakan awalan ketika( menggunakan rima depan) selain itu juga terdapat dibaris akhir dalam setiap bait, terletak diakhir baris berupa kata ”mana gerangan aku sekarang,”

Ketika duduk di setasiun bis, di gerbong kereta api, di ruang tunggu
praktek dokter anak, di balai desa,kulihat orang-orang di
sekitarku duduk membaca buku, dan aku bertanya di negeri
mana gerangan aku sekarang,


2. DIKSI ATAU PEMILIHAN KATA
Dalam puisi”Kupu-kupu di Dalam Buku“pilihan kata yang dipakai pengarang mudah dipahami, karena tidak menggunakan istilah-istilah yang sulit.

Ketika duduk di stasiun bis,di gerbang kereta api,di ruang
Tunggu praktik dokter anak, dibalai desa, kulihat orang-orang disekitarku duduk membaca buku dan aku
Bertanya dinegeri mana gerangan aku sekarang,

3. BARIS DALAM PUISI
Pengarang menuliskan puisi ini berbait-bait.puisi ini terdiri dari 5 bait, dan setiap bait terdiri dari beberapa baris. Baris dalam puisi juga berfungsi sebagai upaya untuk menciptakan efek artistik dan untuk membangkitkan makna.baris dalam puisi ini tidak menggunakan kata-kata/makna yang mudah dipahami.

4. ENJABEMENT
Disini hubungan antara baris 1 dan 2 masih bertautan (masih memiliki hubungan makna/ masih berkaitan)





Dalam tata bahasa ” di stasiun bis dan ruang tuggu” (antara ruang dan tunggu seharusnya tidak di pisah karena itu merupakan satu kalimat)
Tapi pemenggalan itu membuat nada yang berbeda.
5. BAIT DALAM PUISI
Puisi ini terdiri dari 5 bait, setiap bait terdapat lebih 2 baris. Dan antara bait satu dengan bait lainya saling berkaitan/ mempunyai kaitan makna yang sama. ”bahwa dimanapun berada buku diminati oleh semua orang”. Kalau dilihat sepintas baris 1sampai 4 merupakan penjabaran, dan baris 5 merupakan kesimpulan.
6. TIPOGRAFI
Dalam bait 1 sampai 5, baris pertama menggunakan huruf besar, dan setiap bait baris pertama ditulis mulai dari tepi sedangkan baris selanjutnya menjorok kedalam sampai akhir, demikian pula bait-bait selanjutnya. Selain itu awal kata baris pertama setiap bait berbunyi ”ketika” semua.

LAPIS MAKNA
1. SENSE
Gambaran yang ditemukan penyair dalam puisi ini adalah bahwa dimana pun buku selalu dibaca,diminati banyak orang.
2. SUBJECT MATTER
Subject Matter / pokok pikiran yang digambarkan penyair adalah buku merupakan jendela ilmu , buku diminati banyak orang, dimanapun dan kapanpun buku itu selalu di baca.dengan buku kita juga bisa mengetahui hal-hal baru yang sebelumnya belum diketahui.

3. FEELING

Dalam puisi ini penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pokok pikiran yang diekspresikannya yaitu sifat ingin tahu dengan mengobservasikan dan memberkan informasi/ langsung menyimpulkan apa tadi yang diobservasikannya.




4. TONE
Sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karya puisi ciptaanya yaitu pengarang mengajak pembaca untuk berfikir tentang jawaban dan apa yang ditanyakan tadi.dia tidak mempengaruhi pembaca,namun dia hanya memberitahukan/ menjawab pertanyaan-pertanyaanya sendiri tadi.bait 1,2,3,4 pengarang masih mengajak pembaca untuk berfikir. Namun pada bait ke-5 pengarang langsung memperlihatkan jawabannya.




5. TOTAL OF MEANING
Total of meaning / totalitas makna dalam puisi ini diperoleh setelah mempelajari subject matter,feeling, dan tone.
Berdasarkan subject matternya puisi ini bermakna bahwa buku adalah jendela ilmu. Dengan buku kita bisa mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak kita ketahui.
Berdasarkan feeling yaitu sikap penyair adalah sikap baik,tidak memihak. Penyair melakukan pengobservasian, bukan untuk kepentinganan pribadinya tapi juga berguna bagi orang lain``.
Oleh karena itulah jelas sekali bahwa pengarang tidak mempengaruhi pembaca untuk berfikir sejenak, dan sebelum akhirnya pembaca tahu jawabanya, penyairpun sudah menyimpulkan sendiri.jadi para pembaca tidak terlalu pusing dibuatnya. Penyair mungkin berharap bahwa pembaca akan mampu bersifat positif setelah membaca puisi itu.
6. THEMA / TEMA
Tema ini merupakan ide dasar dari suatu puisi yang bertindak sebagai inti dari keseluruhan makna dalam puisi tersebut .setelah kita membaca dan menghayati puisi tersebut maka dapat kita tarik tema puisi yaitu ” Buku diminati semua orang,karena buku adalah jendela ilmu”

WONDO_008@YAHOO.CO.ID

Senin, 02 Februari 2009

RAHASIA TUHAN

hidup

dunia

indah

manusia

tidak berarti apa-apa

sementara.

lailla haillallah.........
RAHASIA TUHAN

hidup

dunia

indah

manusia

tidak